Gerak IMM di Ranah Mahasiswa Sekarang
A. Pendahuluan
Anggota Ikatan mahasiswa muhammadiyah (IMM) tak bisa lepas dari kodratnya yaitu sebagai mahasiswa yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan di Indonesia, baik pemerintahan kampus, negara maupun lingkungan tempat Ia tinggal. Mahasiswa juga dikenal sebagai Agent of change, social control dan iron stock.
Agent of Change yaitu mahasiswa harus bergerak secara independen, tidak terikat janji-janji politik, namun harus sesuai dengan idealisme mereka. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Oleh karena itu mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi agen perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.
Social Control, peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa sudah selayaknya memberontak terhadap kebusukan-kebusukan dalam birokrasi yang selama ini dianggap lazim. Bergerak untuk menjaga dan memperbaiki norma sosial yang ada dalam masyarakat. Namun, perbuatan mahasiswa dalam kontrol sosial tidak hanya turun ke jalan, tapi juga dengan hal yang substansial, contohnya melalui diskusi.
Iron Stock, peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa sebagai pengganti generasi-generasi sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah bagian dari suatu bangsa yang diharapkan memiliki kemampuan, keterampilan, dan akhlak yang mulia untuk menjadi penerus generasi terdahulu. Keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi dalam internal ataupun eksternal kampus tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa. Kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik juga akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan.
Ketiga hal itulah yang seharusnya menjadi tolak ukur keberhasilan seorang yang disebut mahasiswa, IMM pun tak lepas dari tanggung jawab itu.
B. Pembahasan
Kondisi IMM saat ini
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan mahasiswa yang memproklamirkan diri untuk berkomitmen padatrisula perjuangan yaitu kemahasiswaan, kemasyarakatan dan keagamaan, kini sedang dihadapkan pada kondisi stagnansi. Dunia yang hingar bingar dengan berbagai peristiwa dan kejadiannya yang semakin hari semakin membuat kita mengerutkan dahi, baik itu tingkat lokal lebih-lebih pada tingkatan nasional tak mampu kita baca dengan kritis dan proaktif. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang selalu dan selalu merugikan rakyat seakan hanya iklan yang lewat begitu saja dan sekedar menjadi isi pemenuh pembicaraan kita di warung makan. Jeritan kaum buruh tani, korban PHK, korban penggusuran dan korban kebijakan gila (baca: penindasan tersistem) tidak lagi mampu menembus sumbat di telinga kita, tidak lagi mampu meruntuhkan benteng keegoisan dan kerakusan manusia. Mahasiswa cendrung apatis dengan kondisi sosial politik yang ada di lingkungannya.
Kaum muda yang merasa sebagai kader utama dalam persyarikatan karena memiliki jenjang pendidikan tertinggi dan telah memiliki mindset kemahasiswaan dimana sosok mahasiswalah yang telah terbukti mampu meruntuhkan rezim tirani, kini seakan-akan masa bodoh dan acuh dengan kondisi sosial masyarakatnya. Kesimpulannya ikatan ini sudah tidak memiliki taring lagi untuk merubah kondisi bangsa lebih-lebih rakyat. Sebagai kader IMM kita tidak dididik untuk menjadi orang yang penakut terhadap siapapun entah itu pemerintah maupun bapak kita sendiri (persyarikatan) ketika memang menyimpang dari khittah perjuangan dan tidak lagi membela kaum yang lemah dan dilemahkan. Bapak kita,founding fatherIMM, tidak lain adalah Bapak Mohammad Djazman Alkindi pernah mengatakan: IMM lahir sebagai keharusan sejarah, jika ada yang merintangi maka LAWAN, tidak peduli orang tua sendiri (Muhammadiyah). Artinya seharusnya tidak ada keraguan dalam diri kader apalagi pimpinan IMM untuk selalu menggelorakan arus perlawanan terhadap rezim tiran.
Belum lagi ketika kondisi internal ikatan yang mulai tidak terurus, bahkan mulai tereliminasi secara teratur dari pikiran kita. Entah virus apa yang menyebabkan ini semua hingga kita tidak lagi berfikir tentang bagaimana kondisi kader penerus perjuangan dikemudian hari, yang sekarang barangkali sedang sibuk mencari tempat kuliah yang kian hari kian terbatas akses untuk mendapatkannya sehingga muncul slogan Orang Miskin Dilarang Kuliah!. Kondisi perkaderan dalam ikatan sedang mengalami kebingungan orientasi dan miskin metodologi, lagi-lagi kita tidak cukup jeli dalam membaca kondisi zaman. Kaderisasi yang berjalan lambat, menyebabkan berkurangnya sosok pemimpin dalam ikatan.
Pernahkah kita sejenak untuk menyempatkan mencoba membaca apa yang dipikirkan oleh mbah Djazman seandainya melihat kondisi anak-anak-nya yang sekarang duduk dalam tampuk pimpinan IMM dan juga melihat kondisi kader di tingkat yang paling bawah. Barangkali mbah Djazman akan sangat prihatin dan marah besar karena pesan-pesan progresif beliau sudah dilupakan, namun beliau tidak lagi mampu untuk berbuat hal tersebut, sehingga sekarang siapa yang dapat merubah kondisi ini semua? hanya kitalah yang dapat melakukan perubahan tersebut. Perubahan yang tidak tanggung-tanggung, perubahan secara fundamen harus segera dilakukan jika masih ingin Ikatan ini bertahan lebih lama.
Kita juga perlu merenungkan sindiran dari Immawan Umar Hasyim paska terjadi kevakuman pimpinan IMM tingkat pusat beberapa dasawarsa silam, Merenungi sejarahmu, kita jadi heran . suasana dunia di mana anda berada ini demikian gegap gempitanya, tetapi anda bisa lelap tidur. Ungkapan tersebut tidak hanya relevan pada waktu itu namun kini pernyataan tersebut juga relevan melihat kondisi IMM yang tidak lagi mengedepankan triloginya sebagai orientasi besar perjuangan organisasi, intelektualitas yang mandul, humanitas yang ekslusif dan cederung pragmatis serta religiusitas yang kering akan aroma transformasi sosial. Kalau dulu IMM pusat memang vakum secara struktur namun kini barangkali vakum meski masih terdapat strukturnya, yakni vakum dari agenda perubahan dan keberpihakan.
Pada ranah yang lebih luas dalam realitas gerakan mahasiswa saat ini boleh dikatakan IMM kurang dikenal di kalangan masyarakat luas. Hal ini karena peranan IMM di masyarakat masih sangat kurang. Bahkan di lingkungan kampus Universitas Ahmad Dahlan sendiri, tidak sedikit mahasiswa yang mempertanyakan apa peranan IMM untuk kampus. Artinya, peranan IMM baik di internal kampus maupun di luar kampus saat ini masih dipertanyakan. Gerakan IMM masih lebih terfokus pada lingkaran terkecil internal organisasi.
Sebenarnya, melalui tri kompetensi dasar-nya IMM harus dapat memberikan peranan yang signifikan bagi mahasiswa, persyarikatan (dalam hal ini Muhammadiyah), dan masyarakat. Sebagai organisasi Muhammadiyah, maka gerakan kader ini harus mampu memberikan kontribusi bagi mahasiswa untuk dapat ber-amar maruf nahi munkar berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, sesuai dengan tujuan IMM yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Melalui makalah ini saya sampaikan beberapa persoalan yang dihadapi IMM, yaitu:
a. Pengembangan trikompetensi yang belum maksimal dan proporsional intelektual, religiusitas dan kemasyarakatan (humanitas)
b. Kurang mampu, kurang banyak melahirkan kader yang kompeten dan profesional
c. Gerakan dan pemikiran yang belum membumi
d. Gerakan kolektif yang belum termanage secara massif antar komisariat, cabang,daerah, bahkan alumni.
C. Kesimpulan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi pelopor pembaharuan kearah yang positif dalam era Globalisasi saat ini, baik di dalam kampus maupun diluar kampus. IMM yang notabene adalah mahasiswa harus mengembalikan dan menyadarkan tugas Mahasiswa kearah yang ideal yaitu berada di tengah tengah antara masyarakat dan pemerintah, dalam arti bahwa mahasiswa harus berani mengkritisi kebijakan pemerintah yang salah dan mendukung kebijakan pemerintah yang benar. Mahasiswa dan IMM tidak terkonsolidasi oleh pemerintah, keluar dari jalur nyaman dan kembali hidup dari mati surinya yang lama. Mahasiswa harus sadar memegang tampuk pimpinan umat nantinya, bahwa mahsiswalah sebagai agen perubahan dan kader masa depan bangsa. Jangan pernah terlena dengan kenyamanan di era Globalisasi.
IMM juga perlu memahami kembali prinsip-prinsip kebijakan organisasi, yang meliputi:
1. Prinsip Tujuan dan pengkadern: program senantiasa sesuai dengan tujuan IMM untuk membentuk akademisi Islam yang berakhlak mulia dengan lahirnya kader-kader yang berkualitas.
2. Prinsip Dakwah: bahwa IMM senantiasa istiqomah dengan dawah Islam amar maruf nahi mungkar.
3. Prinsip Kebersamaan dan keseimbangan: kegiatan merupakan kesepakatan bersama yang seimbang dalam pengembangan masalah keagamaan, keilmuan dan kemasyarakatan.
4. Prinsip Kemajuan atau Progresifitas: semua kegiatan harus membuat IMM menjadi lebih baik, lebih progresif dan mencerahkan bagi persyarikatan, umat dan bangsa.
Wallahu aalam, semoga IMM bisa memberikan kontribusi riil kepada kampus, masyarakat, agama, bangsa dan negara. (Iqbal Yusa Al Faisal)