Membedah NDI, Makna Setiap Butir Nilai Dasar Ikatan IMM

Membedah NDI, Makna Setiap Butir Nilai Dasar Ikatan IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai gerakan kader, mendasarkan diri pada semangat ijtihadiyah (intelektualitas) dan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar yang telah menjadi nafas Muhammadiyah sebagai gerakan yang mendorong tujuan Muhammadiyah yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mendasarkan diri pada nilai-nilai yang menjadi dasar geraknya. Nilai-nilai yang menjadi dasar geraknya ini dinamakan Nilai Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Keseluruhan nilai-nilai dasar tersebut merupakan satu kesatuan prinsip yang saling mendukung bagi proses gerakan menuju cita-cita gerakan. Nilai dasar tersebut terdiri dari 5 (lima) butir sebagai berikut: 
  1. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa yang bergerak di tiga bidang gerakan, yaitu : keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan. 
  2. Segala bentuk gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tetap berlandaskan pada agama Islam yang hanif dan berkarakter rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil‘alamin). 
  3. Segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalan lawan besar gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan perlawanan terhadapnya adalah kewajiban bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. 
  4. Sebagai gerakan mahasiswa yang berdasarkan Islam dan beranggotakan individuindividu mukmin, maka kesadaran melaksanakan syari’at Islam adalah suatu kewajiban dan sekaligus mempunyai tanggung jawab untuk mendakwahkan kebenaran ditengah masyarakat. 
  5. Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah kader inti sel masyarakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, kemuliaan dan kemaslahatan masyarakat, sesuai dengan semangat pembebasan dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah Muhammad SAW. 
Kelima nilai dasar tersebut memiliki fungsi memperkuat landasan perjuangan Ikatan dan sekaligus menjadi kekuatan dinamis mengubah kondisi sosial yang absolut dan otoriter menuju ruang sosial yang hanif, ilmiah, dinamis dan demokratis.

Di samping itu, Nilai Dasar Ikatan akan menjadi cermin identitas gerakan ditengah masyarakat yang plural dan menjadi koridor bagi tindakan sosial yang ditempuhnya.

Penjelasan :
Butir 1 berbunyi “Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa
yang bergerak di tiga bidang gerakan, yaitu : keagamaan, kemahasiswaan dan
kemasyarakatan”.
 Bidang yang menjadi fokus gerak Ikatan adalah bidang keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Bidang keagamaan adalah sesuatu yang melekat sebagai wilayah perjuangan Ikatan, disebabkan fondasi sosial tidak akan terbentuk dengan baik, tanpa pengembangan prinsip-prinsip keagamaan (religious principles). Prinsip-prinsip keagamaan yang dimaksud adalah sebagaimana terkandung dalam agama Islam.

Pengembangan keislaman meliputi seluruh aspek kehidupan, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan; atau mencakup dimensi akidah, ibadah dan muamalah duniawiyah. Terhadap keseluruhan dimensi-dimensi keagamaan tersebut, Ikatan berjuang untuk melahirkan prinsip-prinsip keseimbangan dan keutuhan, dengan tetap memperhatikan potensi-potensi dasariah manusia, baik akliyah maupun batiniyah. Bidang kemahasiswaan merupakan ruang sosial Ikatan yang akan terus diperjuangkan. Dunia kemahasiswaan dilihat sebagai medan perjuangan dan penyebaran nilai-nilai kritisme Islam, yakni bahwa Islam menghendaki terjadinya ruang sosial atau tatanan yang menjamin keadilan bagi semua pihak, maka Ikatan pun akan menjadi sisi penting dunia kemahasiswaan sebagai kawasan sosial yang hanif, dimanis, kritis dan toleran. Muara gerak Ikatan adalah dimaksudkan untuk melahirkan kekuatan sosial mahasiswa yang bebas dari pengaruh sepihak kekuasaan dan apalagi menjadi kepanjangan tangan dari kepentingan politik kekuasaan. Tetapi, Ikatan akan terus menerus mendorong gerakan elemen sosial ke arah pencerahan dan perbaikkan masyarakat secara luas. Sifat yang hanif dan kritis adalah sandaran sosial Ikatan. Bidang Kemasyarakatan adalah bidang gerak Ikatan yang terbuka, disebabkan bidang ini meliputi bangunan ide sosial, elemen atau institusi sosial, sehingga kekuatan-kekuatan sosial lainnya. Di dalam digambarkan coretan-coretan beragam (mozaik) yang harus dihadapi secara waspada, cerdas dan transformatif. Ikatan dalam memfungsikan kekuatan basis kader ditengah masyarakat tersebut, melihat segi-segi kemanfaatkan bagi pengembangan ide dan fungsionalisasi nilai-nilai dasar yang diyakininya, yakni nilai-nilai dasar ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah. Nilai-nilai dasar ini diyakini memiliki kekuatan persahabatan sosial dan melampaui intrik-intrik ideologi politik. Bidang kemasyarakatan ini adalah wilayah terluas dan paling objektif bagi peran Ikatan secara langsung. Pengembangan-pengembangan program kemasyarakatan lebih diarahkan kepada pembentukan ikim sosial yang kondusif bagi perbaikan, bimbingan dan kemaslahatan sosial.

Butir 2 berbunyi “Segala bentuk gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tetap
berlandaskan pada agama Islam yang hanif dan berkarakter rahmat bagi sekalian
alam (rahmatan lil ‘alamin)”.
 Identitas gerak Ikatan mengacu kepada sumber jernih Al Qur’an dan As Sunnah, yakni ajaran yang mengajak kepada kema’rufan dan mencegah segala bentuk kemungkaran. Terhadap berbagai perbedaan sosial, Ikatan akan tetap menjadi kekuatan penyeimbang gagasan dan memposisikan diri sebagai elemen yang independen dan tetap memegang teguh prinip gerakan. Faktor ini menginspirasikan bahwa Ikatan bukanlah gerakan yang monopolitik dan berorientasi kepada kepentingan politik kekuasaan, sehingga basis-basis sosial yang se-ide dan sepaham merupakan sahabat karib Ikatan dalam menuju terbentuknya iklim sosial yang hanif dan dinamis. Terhadap gerakan sosial yang berbeda secara ide dan paham, maka Ikatan memposisikan diri sebagai kekuatan oposisi dan penyeimbang kritisme sosial. Hal ini dilakukan sebagai argumen bahwa Ikatan bukanlah elemen gerakan mahasiswa yang tertutup bagi proses-proses sosial yang dialogis dan kemungkinan tercapainya islah sosial sebagai perwujudan dari nilai-nilai ajaran Islam, yakni kemuliaan dan kerahmatan bagi sesama manusia, bukan menciptakan kesengsaraan dan kedholiman sosial.

Butir 3 berbunyi “Segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan
kemungkaran adalan lawan besar gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan
perlawanan terhadapnya adalah kewajiban bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah”.
 Doktrin Islam berupa amar ma’ruf nahi mungkar adalah dua kekuatan berlainan dan menjadi spirit perjuangan Ikatan. Realitas masyarakat yang heterogen merupakan ladang terjadinya proses benturan-benturan cara pandang dan gerakan, disamping secara potensial juga dapat melahirkan kekuatan bersama yang kritis apabila terjalin secara komunikatifdialogis. Terhadap yang pertama Ikatan bersikap tegas, yakni bahwa kemungkaran dan ketidakadilan adalah lawan perjuangan sosial. Boleh dikatakan, bahwa kelahiran Ikatan disamping sebagai organisasi kader yang bertugas untuk melangsungkan proses regenerasi dan kepemimpinan bangsa di masa depan, baik di Muhammadiyah maupun di masyarakat secara lebih luas, kelahirannya juga dapat dilihat sebagai kekuatan pembebas (libersionis) dari proses yang mengsengsarakan umat/masyarakat. Ikatan merasa terpanggil untuk terlibat secara aktif dalam usaha perbaikan dan bimbingan sosial tersebut.

Butir 4 berbunyi “Sebagai gerakan mahasiswa yang berdasarkan Islam dan
beranggotakan individu-individu mukmin, maka kesadaran melaksanakan syari’at
Islam adalah suatu kewajiban dan sekaligus mempunyai tanggung jawab untuk
mendakwahkan kebenaran ditengah masyarakat” 
Kader-kader Ikatan adalah individu-individu yang beridentitas Islam, yakni beriman kepada Allah SWT, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar dan mengembangkan potensialitas diri, yakni dimensi akliyah, perasaan/emosional dan dimensi spiritualnya melalui kegiatan pendidikan dan pengembangan-pengembangannya. Keseluruhan potensi yang diaktualkan tersebut dijadikan sebagai instrumen untuk mengantarkan kepada pencapaian pelaksanaan prinsip-prinsip ajaran Islam di tengah masyarakat secara lebih tepat dan berkesinambungan. Hubungan ini menjadikan tugas kader-kader Ikatan menjadi penting dan mulia, karena proses dakwah ditengah masyarakat adalah sesuatu kewajiban yang disadari dan diyakini.

Butir 5 berbunyi “Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah kader inti sel
masyarakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, kemuliaan dan
kemaslahatan masyarakat, sesuai dengan semangat pembebasan dan pencerahan
yang dilakukan Nabiyullah Muhammad SAW”. 
Ikatan meyakini bahwa dirinya adalah bagian terpenting bagi pembentukan masyarakat utama, yakni masyarakat yang sejahtera lair dan batin, materiil dan spirituil, serta diridhoi Allah SWT. Oleh karena itu prinsip-prinsip kemerdekaan individu dan sosial, tidak akan melepaskan diri dari aspek kemulian dan kemaslahatan masyarakat. Ikatan tidak pernah mengutamakan salah satu dan menghilangkan makna penting yang lain diantara peranperan individu secara sosial maupun peran-peran sosial secara individu. Ikatan hanya menentang sikap keseimbangan fungsi, yakni menentang sikap individu yang tiranik sehingga merusak tatanan dan kemanfaatan sosial dan menentang sikap sosial atau altruistisme yang membunuh peran-peran individu yang dinamis, atau sikap sosila yang deteministik. Karena diyakini oleh Ikatan bahwa Nabiyullah Muhammad SAW selalu melakukan pembebasan bagi umatnya dari tindakan-tindakkan tiranik dan sewenangwenangan dan pada saat bersamaan melakukan pencerahan-pencerahan sosial, yakni melalui pendidikan batiniah dan lahiriah yang seimbang sebagai modal dasar pembentukan masyarakat yang mulia dan utama.

Read More

Darul Arqam Dasar (DAD) IMM Komisariat Teknik Al-Farabi Umsida Beda Latar Belakang Untuk Satu Tujuan Dalam Ikatan

 Darul Arqam Dasar (DAD) IMM Komisariat Teknik Al-Farabi Umsida Beda Latar Belakang Untuk Satu Tujuan Dalam Ikatan
DAD IMM komisariat Teknik Al-Farabi UMSIDA 2015

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Teknik Al-Farabi UMSIDA baru saja menyelenggarakan Perkaderan Darul Arqam Dasar (DAD), Jumat-Ahad, 18-20 Desember 2015 lalu, di SMA MUHAMMADIYAH 1 Bangil. DAD merupakan kegiatan formal perkaderan IMM yang dijadikan sebagai wadah untuk memperkenalkan IMM kepada mahasiswa yang sebelumnya tidak mengenal IMM. selain memeperkenalkan IMM, dalam kegiatan ini juga banyak diberikan materi-materi tentang Ke-Islaman, Ke-muhammadiyahan, Ke-IMMan, Keorganisasian, Kepemimpinan, Manajemen Konflik serta materi-materi pendukung lain yang tidak kalah pentingnya bagi mahasiswa khsusnya mahasiswa baru.

Materi Manajemen Konflik (Kakanda Adit)

Di IMM, Perkaderan DAD merupakan perkaderan utama tingkat dasar dalam Sistem Perkaderan IMM (SPI). Jika diumpamakan, DAD bisa disebut pintu gerbang masuk IMM. Mahasiswa secara resmi dapat disebut ‘Kader IMM’ apabila telah melewati proses Perkaderan dasar ini.
Ibarat melewati ‘Pintu Gerbang’, peserta yang telah selesai mengikuti perkaderan DAD, kini telah masuk dalam ‘ruang’ organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah dan sekaligus sayap dakwah muhammadiyah dalam ranah Mahasiswa.

Apa yang akan dilakukan oleh kader, tidak akan jauh dari niat dan motivasinya bergabung di IMM. Niat dan motivasi seorang kader sangat menentukan apa langkah selanjutnya dalam berproses menjadi kader.

Perkaderan DAD yang dilaksanakan Pimpinan Komisariat Teknik Al-Farabi UMSIDA dengan tema “Internalisasi Nilai Dasar Ikatan Demi Mewujudkan Kader Yang Responsif dan Loyalitas” kemarin diikuti oleh 46 peserta dari fakultas Teknik Umsida. Tidak semua peserta berlatar belakang Muhammadiyah, melainkan beraneka-ragam. Baik latar belakang pendidikan, keluarga maupun lingkungan, tidak sedikit dari mereka yang berasal dari latar belakang non-Muhammadiyah.

Peserta DAD IMM komisariat Teknik Al-Farabi UMSIDA 2015
Tidak hanya latar belakangnya, niat dan motivasi mahasiswa mengikuti IMM bermacam-macam pula. Ada yang ingin mengabdi, berjuang, mencari ilmu, mencari pengalaman, mengembangkan diri di IMM, bahkan ada yang ingin sekadar mencari teman atau mencari ‘keluarga’ di Kampus.
Beragam latar belakang, niat dan motivasi tersebut menjadi tantangan baru bagi Pimpinan Komisariat Teknik Al-Farabi UMSIDA, atau Kader IMM yang telah lebih dahulu menjalani proses kaderisasi (senior). 

Bagaimana mereka harus mampu mengakomodir dan membina kader baru yang berbeda-beda itu, menuju tercapainya tujuan IMM (Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah), yaitu sosok/tokoh yang akan membawa cita-cita Muhammadiyah (Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya). Untuk itu, senior harus tangguh dan bekerja lebih keras untuk mencapai cita-cita besar itu. Billahi Fi Sabililhaq, Fastabiqul Khoirot.. (Abid_Norch)

Email : immalfarabi19@gmail.com


Read More

Komisariat Sebagai Nadi Pengkaderan (IMM)

Komisariat Sebagai Nadi Pengkaderan (IMM)

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah didirikan pada tanggal 29 Syawal 1384 H bertepatan dengan tanggal 14 Maret 1964 M di Yogyakarta. IMM didirikan bukan karena tren gerakan mahasiswa tempo dulu, tetapi IMM didirikan untuk menyelesaikan masalah, menjawab tantangan perkembangan zaman serta menjadi salah satu basis pengkaderan muhammadiyah dikalangan mahasiswa.IMM sendiri adalah gerakan mahasiswa islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan.Secara garis besarIkatan  Mahasiswa Muhammadiyah atau yang lebih di kenal IMM adalah organisasimassa dan pengkaderan.Pengkaderan yang dilakukan IMM tentunya adalah pengkaderan di tingkatan para akademisi atau di kalangan mahasiswa. Sebagai organisasi pengkaderan fokus utama adalahmembentuk kader yang memiliki kualifikasi yang di inginkan dalam organisasi tersebutyang sesuai dengan tujuan organisatoris
Nah pasti yang membaca akan bertanya-tanya sebenarnya arah pengkaderan dalam IMM itu sendiri bagaimana?Sebenarnya Orientasi Pengkaderan dalam IMM itu sendiridiarahkan pada terbentuknya kader yang siap berkembang  sesuai dengan spesifikasi profesi yang ditekuninya, kritis, logis, trampil, dinamis, utuh.Nah kualitas kader yang demikian ditransformasikan dalam tiga lahan aktualisasi yakni : persyarikatan, umat dan bangsa. Secara substansial, arah perkaderan IMM adalah penciptaan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap  individual yang mandiri, bertanggungjawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Perkaderan IMM diarahkan pada upaya transformasi ideologis dalam bentuk pembinaan dan pengembangan kader, baik kerangka ideologis maupun teknis manajerial. Dalam tahapan yang lebih praktis, akumulasi proses perkaderan diarahkan dalam rangka transformasi dan regenerasi kepemimpinan IMM disetiap level kepemimpinan. 
Dari sini perananpimpinan di setiap leveldalam upayah pengkaderan sangatlahmenentukan, apalagi level kepemimpinan di tingkat komisariat.Komisariat sendiridalam susunan organisasi IMM adalah bentuk kesatuan anggota dalam suatu kampus, Fakultas atau Akademi dan atau tempat tertentu.   Yang dimana dalam komisariat ini berkewajiban melaksanakan usaha-usaha organisasi untuk menghimpun, membina dan meningkatkan kualitas serta menyalurkan bakat dan minat anggotanya untuk kepentingan organisasi minimal melaksanakan kegiatan pengkaderan. 
Walaupun dalam struktural IMMkomisariat adalah level bawah, namun peran pengkaderan dalam tingkatan ini tidak boleh di pandang sebelah mata, karena pada tingkat ini adalahtingkat pembentukan pondasi dalam diri kader atau yang lebih dikenal dengan fase internalisasi. Mengapa di sebut fase internalisasi? Kita mengetahui bahwa mayoritas calon kader dalam komisariat bukan  berasal darimuhammadiyah bahkan ada yangbelum mengenal Muhammadiyah sama sekali. Nah, penanaman atau internalisasi ideologi merupakan sasaran utama yang menjadi lahan garapan para pimpinan di tingkat komisariat kepada calon kadernyatersebut. Internalisasi ideologi yang harus di lakukan para pimpinan komisariat yang menjadi penting adalah internalisasi ideologi dasar. Ideologi dasar tersebut meliputi ketauhidan, keMuhammadiyaan dan keIMMan. Dengan harapan kader yang akan di bentuk dan di diasporakan ke lingkungannya memiliki kopetensi dasar yang akan menjadi bekal mereka dalam mencapai tujuan IMM itu sendiri yakni terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah
Ke seriusan para pimpinan dalam tingkatan komisariat untuk menanamkan ideologi dalam kadernya tidak bisa terelakkan. Hal ini dapat kita lihat dalam kegiatan para pimpinan di seluruh komisariat yang berlomba-lomba melakukan kajian bahkan kegiatan yang bersifat ideologis.Menenggok salah satu bentuk kegiatan internalisasi ideologiyang hampir di adakan dan menjadi ritual, kewajiban, bahkan bisa di bilang suatu kebutuhan di tingkat komisariat adalah DAD (Darul Arqam Dasar)dan follow up.  Pada DAD ini para pimpinan berusaha untuk mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai ideologi yang ada pada tubuh Ikatan termasuk juga ke tauhidan dan kemuhammadiyaan, tak hanya sampai disitu saja pasca DAD pun rangkaian Follow Upmenjadi senjata paling utama untuk menguatkan pondasi ideologi yang mereka dapatkan pasca pengkaderan formal di DAD.
Apakah hanya fase internalisasi saja pada pengkaderan? Tentu saja jawabannya tidak,Di dalam tingkatan pengkaderan level komisariat tidak hanya terjadi fase internalisasi ideologi saja namun pada tingkatan ini biasanya kader oleh pimpinan komisariat masing-masing sudah di arahkan untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dalam hal ini yang dimaksud adalah analisa yang bersifat teoritik. Kader tidak hanya di ajakmenyelesaikan masalah denganberargumen yang tidak ada dasarnya tetapi,mulai di ajak untuk berfikir logis dan teoritis dalam memberikan suatu penyelesaikan masalah dengan tanpa menggeser ideologi yang telah di dapatkandalam pengkaderansebelumnya. Dalam hal ini yang biasaditanamkan pada diri kader pasca selesainya penanaman ideologiadalah pengenalan alat analisa yang meliputi filsafat, analisis kelas, GSB, ISP, Ekopol dll.
Tugas pimpinan di tingkat komisariat sebenarnya tak hanya memberikan internalisai ideologi dan alat analisis saja, para pimpinan di tingkat komisariatmemiliki peranan untukdapat mengidentifikasi, mengenali,mengarahkan kemampuan individukadernya sesuaidengan skill dan minatnya. Sehingga tidak ada kata dalam organisasi kita di kengkang. Malah seharusnya dengan adanya ragam dan minat dari kaderlah corak dalam tubuh komisariat menjadi beragam dan dari sinilah awal akan muncul karakter lokal komisariat atau ciri khas.
Dari segi pandang itulah yang menyebabkan keberhasilan pengkaderan pada tingkat komisariat ini sangatlah menentukan, ketika pengkaderan di tingkat ini sesuai dan tepat maka hasilnya pun jangan ditanyakan kader dengan pondasi kuat akan menancapkan akarnya ke segala ranahsehingga apapun yang akan terjadi, godaan,jabatan, ketidak adilan atau kemungkaran akan secara otomatis akan di peranginya.Namun apabila pengkaderan di tingkat dasar saja tidak mampu istilahnya penanaman ideologinya tidak berhasil dan tidak mendapatkan penanganan khusus maka bisa di bayangkan sendiri bagaimana mereka mau membantu tercapainya tujuan IMM sendiri terkhususnya Muhammadiyah kalau dirinya sendiri belum memahami untuk apa dia berada dan yang akan dilakukannya di IMM maupun di Muhammadiyah. Oleh karena itu, tugas dari para PK sangat penting bahkan bisa di bilang di komisariatlah nadi dalam pengkaderan ikatan.

Oleh : Ratna Mettasari (Instruktur IMM Jatim)
ratnamettasari@gmail.com

Read More

Sekilas Wawasan Intelektual dan Profetik

Sekilas Wawasan Intelektual dan Profetik

Sekilas Wawasan Intelektual dan Profetik

1. Wawasan Intelektual
Seorang intelektual merupakan orang yang penting kedudukannya dalam perkembangan suatu negara. Intelektual adalah orang yang menggunakan seluruh potensi yang terdapat di dalam dirinya untuk kepentingan dan kebermanfaatan segala sesuatu di luar dirinya. Dari pengertian ini seorang intelektual seharusnya memiliki paradigma transedensi dalam berpikir, berkata dan bertindak. Seorang intelektual memiliki tanggung jawab sosial untuk merasakan permasalahan masyarakat, melihat langsung bagaimana masyarakat menderita dan kemudian berupaya merumuskan bagaimana solusi konkret atas permasalahan sosial tersebut. 
Tetapi tidak banyak orang yang dengan secara sukarela mau menjadi pemecah solusi bagi masyarakat. Ali Syariati menjelaskan, intelektual atau yang dia sebut sebagai raushanfikr adalah seseorang yang mengikuti ideologi yang dipilihnya secara sadar. Ideologi dan kesadaran kelasnyalah yang menolongnya mencapai kesadaran hidup tertentu, suatu arah hidup, suatu perbuatan, dan suatu pemikiran yang khas, dengan ideal yang khas pula yang kemudian membentuk filsafat hidupnya. 
Apa pentingnya seorang intelektual?Intelektual menjadi kelas perantara yang mempertemukan antara rakyat dengan penguasa, antara kelas alit dan kelas elit. Intelektual menjadi kelas menengah yang memiliki aksesibilitas yang menjangkau dua ranah tersebut. Memiliki pengalaman lapangan yang riil akan kondisi penderitaan masyarakat dan memiliki daya jangkau untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan.

2. Wawasan Profetik
Pendidikan Profetik sebenarnya telah banyak dijadikan ide oleh para tokoh pendidikan untuk menjadikan sistem pendidikan di negeri kita ini menjadi makin bagus, seperti pemikiran dari Kuntowijoyo, beliau adalah ilmuwan sosial Muslim yang pertama kali mengetengahkan perlunya "ilmu sosial profetik" (ISP).
Menurut Kuntowijoyo, pendidikan profetik dibagi menjadi dua hal pokok. Pertama, transformasi sosial dan perubahan. ISP yang ditawarkan Kuntowijoyo merupakan alternatif terhadap kondisi status quo teori-teori sosial positivis yang kuat pengaruhnya di kalangan intelektual dan akademisi di Indonesia. ISP tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena social, tetapi juga memberikan interpretasi, mengarahkan, serta membawa perubahan bagi pencapaian nilai-nilai yang dianut oleh kaum Muslim sesuai petunjuk Al Quran.
Kedua, menjadikan Al Quran sebagai paradigma. Yang dimaksud paradigma oleh Kuntowijoyo dalam konteks ini adalah bahwa realitas sosial dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang pada gilirannya akan menghasilkan mode of knowing tertentu pula. Dengan mengikuti pengertian ini, paradigma Al Quran bagi Kunto adalah "konstruksi pengetahuan" yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaimana dimaksud oleh Al Quran itu sendiri. Ini artinya, Al Quran mengonstruksi pengetahuan yang memberikan dasar bagi kita untuk bertindak. 
Di dalam pendidikan profetik ada sisi memungkinkan bagi pemikiran tentang kenabian itu bisa digunakan dalam melihat realitas. Jika kita perhatikan sejarahnabi, Nabi itu memiliki kadar kedalamaan ilmiah yang tinggi, yaitu bagaimana cara kerja pikir dan sikap mereka dalam memahami realitas. 
Jadi dapat disimpulkan dalam pendidikan profetik ini sistem pendidikan tidak hanya untuk mengejar tingginya intelektual saja tetapi sisi religius juga menjadi aspek penting sehingga masa depan agama dan bangsa Indonesia yang sedang tertatih sekarang ini bisa cepat keluar dari krisis. Tidak hanya krisis ekonomi, tetapi juga krisis pengetahuan yang rasional obyektif. Terlebih bagi paramahasiswa yang manatelah disebut sebagai agent of chance untuk merubah kondisi bangsa menjadi lebih baik.

3. Wawasan Intelektual Profetik
Dari pengertian di atas, maka intelektual profetik adalah intelektual yang memiliki misi kenabian. Ilmu yang diperolehnya ditransformasikan dalam realitas sosial dengat spirit ilahiah. Dalam konteks ini, terjadi kolaborasiantara “langit” dan “bumi”. Langit adalah simbol nalar wahyu, sedangkan bumi simbol nalar akal.
Golongan yang disebut dengan intelektual profetik adalah golongan yang diumpamakan sebagai sekelompok orang yang malam harinya seperti seorang ‘abid (ahli ibadah), dan siangnya digunakan untuk mencerahkan kehidupan umat manusia. Dalam melaksanakan misi sucinya, golongan ini tetap berpegang pada kaidah ilahiah. 
Golongan orang-orangini hanya bisa mewujud dalam realitas jika disertai dengan kesadaran bahwa kita adalah makhluk Tuhan. Konsekuensi dari kesadaran ini adalah apapun yang kita lakukan pasti diawasi dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Yang Maha Kuasa.
Golongan ini berusaha memberikan pencerahan kepada kehidupan. Pencerahan disini dilakukan untuk kehidupan secara luas, bukan hanya untuk memuaskan dahaga pribadi atau kelompok semata. Untuk pencerahan perlu adanya tauladan dari sang guru. “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari,” demikian kata pepatah yang relevan. Seorang guru, ketua atau senior yang baik adalah yang memberi contoh pada bawahannya. Ia adalah orang pertama yang mengaplikasikan apa yang ia katakan, karena dalam Al-Qur’an, sangatlah dibenci Allah orang yang berkata tapi tidak melaksanakan.Oleh karena itu, konsistensi sangatdiperlukan di sini.Keteladanan adalah salah satu kunci sukses intelektual profetik.

Read More